NPM : 17214661
Kelas : 4EA33
Pengertian Komunikasi Bisnis
Komunikasi bisnis adalah pertukaran gagasan, pendapat, informasi, instruksi yang memiliki tujuan tertentu yang disajikan secara personal atau impersonal melalui simbol-simbol atau sinyal.
Contoh Kasus :
Bintangin merupakan merek produk jamu tolak angin yang diproduksi oleh PT Bintang Tujuh. Kemunculan Bintangin berusaha menggebrak pasar produk jamu tolak angin yang dirajai oleh “Tolak Angin” produksi PT. Sidomuncul. Sebagai pendatang baru Bintangin menerapkan beberapa strategi komunikasi pemasaran untuk bersaing di pasar jamu tolak angin. Salah satu objective komunikasi pemasarannya adalah untuk menyerang jamu “Tolak Angin” dan menguasai pasarnya. Dari berbagai bentuk bauran komunikasi pemasaran yang ia lakukan, satu kesalahan fatal adalah pada strategi iklan.
Di awal kemunculannya, Bintangin berusaha menggebrak pasar produk jamu tolak angin melalui iklan dengan tagline, “mau minum obat masuk angin aja kok mesti pintar”. Pesan tersebut ditujukan untuk menciptakan awareness konsumen akan keberadaan produk baru di kategori obat masuk angin.
Keinginan Bintangin dengan inti pesan, “Tidak perlu pintar untuk minum obat anti masuk angin” pada pada awalnya memang bertujuan untuk menyerang dan menjatuhkan Tolak Angin dengan tagline iklannya, “orang cerdas minum tolak angin”. Namun pada kenyataannya, target konsumen justru menganggap bahwa usaha Bintangin ini malah mengarahkan mereka pada iklan Tolak Angin yang telah dibuat sebelumnya. Bukannya berhasil, Bintangin justru meneguhkan peran Tolak Angin sebagai jamunya orang pintar.
Yang menarik, dengan adanya iklan Bintangin, konsumen sasaran justru kembali teringat oleh tagline yang sudah lebih dulu diusung oleh Tolak Angin. Kalimat ‘Orang pintar minum Tolak Angin’ seolah diiklankan kembali oleh pihak yang notabene adalah kompetitor. Belum lagi pilihan kata “Minum Jamu Tolak Angin Kok Mesti Pintar” justru menyebabkan khalayak kurang benar-benar menyimak tagline Bintangin.
Selain itu, iklan tolak angin dengan tagline “Orang Pintar Minum Tolak Angin” yang telah lebih dulu muncul, sangat kuat tertanam di benak konsumen. Tagline tersebut memberikan persepsi pada konsumen bahwa orang yang minum tolak angin adalah orang pintar, dan kalaupun tidak pintar, setidaknya dengan minum Tolak Angin mereka merasa sudah Pintar. Kalau kemudian Bintangin membuat Tag “Minum Tolak Angin Kok Mesti Pintar” adalah antitesis dari keinginan konsumen yang pada dasarnya punya hasrat untuk dianggap pintar.
Di sinilah kesalahan fatal Bintangin dalam menerapkan strategi komunikasi pemasaran sehinga membuat dirinya kalah dan terpinggirkan di pasar jamu tolak angin.
Dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa beberapa hal yang menyebabkan kegagalan iklan Bintangin yaitu:
- Tolak Angin lebih lama dikenal.
- Ketersediaan Tolak Angin telah jauh mengungguli produk sejenis.
- Iklan Bintangin kurang kuat, kurang dimengerti, dan kurang tersampaikan maksud inti dan tujuan dari pesan sebenarnya.
- Iklan bintangin justru memperkuat iklan tolak angin yang muncul sebelumnya
- Konsumen menginginkan diri mereka dianggap pintar. Dengan adanya tagline ‘orang pintar minum tolak angin” mereka merasa menjadi bagian dari orang pintar sehingga kalau mereka minum Bintangin mereka takut ketahuan mereka tidak pintar atau bodoh.
Selama peluncuran produknya, Bintangin hanya masuk pada tataran peningkatan jumlah penjualan atau sales promosi. Sementara dalam hal membangun atau menciptakan image, Bintangin kurang jeli dalam mengenali karakter konsumen. Apalagi dalam melakukan positioning produknya, bintangin gagal memahami insigt target konsumen akan produk jamu tolak angin.
Selama ini bintangin gagal dalam menaikkan image produknya sehingga dalam memasuki pasar yang telah dirajai oleh produk lama, yakni tolak angin, bukannya menjatuhkan produk competitor malah menjatuhkan dirinya sendiri sebagai produknya orang bodoh.